Skip to main content

AL-HAQIQAH DAN AL-MAJAZ DALAM AL-QUR’AN





PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, yang sangat jelas dan terang. “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya” (QS: Yusuf : 2).
Untuk memahami al-Qur’an dengan baik, tentulah seseorang itu harus menguasai bahasa Arab dengan baik pula. Tanpanya al-Qur’an tidak akan mampu dikuasai.
Al-Qur’an yang terangkum di dalamnya tentang tauhid, syari`at, akhlak, dan sebagainya memiliki berbagai macam cara dalam penyampaian makna yang disebut dengan gaya bahasa al-Qur’an.
Gaya bahasa yang dimiliki al-Qur’an sangat bervariasi, mulai dari amtsal, qasam, qasas, jadal, khabar, al-insya’, tasybih, isti`arah, haqiqah, majaz, dan sebagainya. Pada beberapa kalimat pada al-Qur’an, ada yang bermakna khusus, ada pula yang bermakna umum. Namun pada kesempatan ini, penulis akan membahas dua pokok bahasan dari gaya bahasa al-Qur`an tersebut yaitu, ‘Am dan Khas dalam al-Qur’an.


B.  Rumusan Masalah
Dalam pembahasan ini, penulis merumuskan beberapa hal yang akan menjadi tujuan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.      Pengertian Haqiqah dalam al-Qur’an;
2.      Klasifikasi Haqiqah dalam al-Qur’an;
3.      Signifikansi Haqiqah dalam al-Qur’an;
4.      Pengertian Majaz dalam al-Qur’an;
5.      Klasifikasi Majaz dalam al-Qur’an;
6.      Ragam Majaz dalam al-Qur’an;
7.      Signifikansi Majaz dalam al-Qur’an.

PEMBAHASAN
A.  Pengertian Haqiqah dalam Al-Qur’an
Haqiqah dalam pengertian bahasa, berasal dari bahasa Arab yang artinya nyata, kenyataan, atau asli. Haqiqah  dari kata haqqa yang berarti tetap. Sebagai makna subjek (fā’il) memiliki arti yang tetap, atau sebagai objek (maf’ūl) yang berarti ditetapkan[1]. Haqiqah berarti adalah sebuah kata yang maknanya asli sebagaimana yang ditetapkan di dalam al-Qur’an.
Haqiqah menurut istilah, adalah kata yang digunakan sebagaimana pertama kali dipergunakan dalam konteks kebahasaan[2]. Menurut Ibnu Subki menyatakan bahwa hakikat adalah lafaz yang digunakan untuk apa lafaz itu ditentukan pada mulanya. Ibnu Qudamah mendefinisikannya sebagai lafaz yang digunakan untuk sasarannya semula. Sementara Al-Sarkhisi berpendapat bahwa hakikat adalah setiap lafaz yang ditentukan menurut asalnya untuk hal tertentu[3].
Berdasarkan beberapa istilah diatas, haqiqah adalah sebuah kata dalam ayat al-Qur’an yang digunakan seperti makna semulanya yang telah ditentukan, dan memiliki tujuan tertentu.
B.  Klasifikasi Haqiqah dalam al-Qur’an
Haqiqah diklasifikasikan ke dalam 2 bentuk, yaitu :
1.    Lughawiyyah Wadh`iyyah
Lughawiyyah Wadh`iyyah atau biasa disebut dengan al-haqiqah al-lughawiyyah ini adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan makna hakiki berdasarkan konteks penggunaan asal kata tersebut. Contohnya kata ar-rajul yang digunakan untuk mennyebut laki-laki dewasa.
2.    Lughawiyyah Manqulah
Lughawiyyah Manqulah ini adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan makna hakiki setelah mengalami transformasi atau perubahan makna. Perubahan ini dilakukan oleh ahli bahasa, atau syari’at. Pada bagian ini, terbagi kedalam dua bentuk pula, yaitu :
a.    Haqiqah lughawiyyah `urfiyyah
Yaitu kata yang mengalami transformasi makna, dari makna asal penggunaannya kepada makna lain yang kemudian makna tersebut menjadi populer sehingga makna asalnya ditinggalkan.
Contohnya, kata ad-dabbah yang artinya hewan melata, konotasinya bisa manusia dan hewan. Namun kemudian digunakan oleh orang Arab dengan konotasi hewan berkaki empat saja sehingga makna awalnya ditinggalkan.
b.    Haqiqah lughawiyyah syar`iyyah
Yaitu kata yang mengalami trasformasi makna, dari makna asal kepada makna yang lain yang digunakan oleh pembuat syri`at. Makna yang lain ini berdasarkan dalil syari’at, contohnya shalat, shiyam, al-kufr, dan sebagainya[4].
Dari beberapa klasifikasi haqiqah tersebut,  dapat disimpulkan bahwa haqiqah lughowiyyah wadh`iyyah adalah kata yang digunakan sesuai makna hakikinya, sedangkan haqiqah lughowiyyah manqulah adalah makna yang menunjukkan makna asal setelah mengalami transformasi makna, baik secara bahasa, maupun secara syari`at.
C.  Signifikansi Haqiqah dalam al-Qur’an
Setelah memahami haqiqah dari berbagai macam pengertian, dan melihat dari klasifikasinya, haqiqah memiliki signifikansi sebagai berikut :
1.    Dengan mempelajari haqiqah, dapat memahami suatu makna kata yang terdapat didalam al-Qur’an dengan baik;
2.    Kemudian dapat membedakan, antara kata yang harus diartikan sebagaimana bentuk asalnya, dan mana pula kata yang harus dimaknai setelah mengalami transformasi;
3.    Dapat memahami bahwa kata asal yang mengalami transformasi dengan kata lain, memiliki kaitan yang erat dan memiliki maksud tertentu.


D.  Pengertian Majaz dalam al-Qur’an
Majaz dalam pengertian bahasa berasal dari bahasa arab jaza-yajuzu-jauzan dan jawazan artinya melewati, melebihi atau membolehkan[5]. Selanjunya majaz berarti metafora, metafora dalam kamus basar bahasa Indonesia artinya adalah suatu ungkapan secara langsung berupa perbandingan yang logis atau masuk akal. Dalam pengertian ini, majaz adalah suatu ungkapan yang melebihi atau melewati kata asal denga perbandingan yang masuk akal untuk menyampaikan makna.
Menurut istilah, majaz memiliki beberapa pengertian, yaitu :
Majaz adalah kata atau ungkapan yang digunakan tidak sesuai dengan asal penggunaannya yang pertama karena adanya indikasi yang menghalangi dinnyatakan makna yang hakiki[6].
Menurut beberapa ahli, majaz adalah lafaz yang digunakan bukan pada maknanya karena sebuah hubungan dan indikator(qorinah). Majaz adalah ungkapan yang digunakan untuk maksud yang kedua karena sebuah hubungan[7].
Dari beberapa pengertian istilah diatas, disimpulkan bahwa majaz adalah sebuah kalimat di dalam al-Qur’an yang pada ungkapannya tidak sesuai dengan makna asalnya, namun terdapat hubungan dengan maksud kedua dari ungkapan itu.
E.  Klasifikasi Majaz dalam al-Qur’an
Majaz dapat diklasifikasikan dari aspek hubungan antara makna yang digunakan dengan makna yang diletakkan pertama kali, majaz bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1)      Majaz Isti`arah;
2)      Majaz Mursal[8].

1.    Majaz Isti`arah
Isti`arah secara bahasa artinya adalah meminjam. Majaz dalam konteks ini disusun dengan meminjam kata asal untuk digunakan dengan makna baru karena ada persamaan antara keduanya. Majaz isti`arah diklasifikasikan sebagai berikut :
a)      Isti`arah Tashrihiyyah
Yaitu kata yang dipinjam digunakan untuk menjelaskan persamaan musyabbah bih dengan musyabbah. Dalam isti`arah ini biasanya musyabbah bih nya disebutkan. Contoh dalam al-Qur’an, QS:Ibrahim : 1,
!9# 4 ë=»tGÅ2 çm»oYø9tRr& y7øs9Î) yl̍÷çGÏ9 }¨$¨Z9$# z`ÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ÈbøŒÎ*Î/ óOÎgÎn/u 4n<Î) ÅÞºuŽÅÀ ̓Íyèø9$# ÏÏJptø:$# ÇÊÈ  
“Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”


b)      Isti`arah Makaniyyah
Isti`arah makaniyyah ini musyabbah bihnya dibuang, lalu digantikan dengan kata yang mencerminkan sifatnya yang dominan. Contoh QS:al-Israa`: 24,
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  
“Dan rendahkanlah sayap kerendahan terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
c)      Isti`arah Takhyliyyah
Isti`arah ini menetapkan keberadaan musyabbah bih bagi musyabbah sehingga pihak yang diseru akan membayangkan, bahwa musyabbah tersebut sejenis dengan musyabbah bih. Contoh QS: al-Mulk: 8,
ߊ%s3s? 㨍yJs? z`ÏB Åáøtóø9$# ( !$yJ¯=ä. uÅ+ø9é& $pkŽÏù Ólöqsù öNçlm;r'y !$pkçJtRtyz óOs9r& ö/ä3Ï?ù'tƒ ֍ƒÉtR ÇÑÈ  
“Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?".
d)  Isti`arah Tamtsiliyyah
Isti`arah ini berupa susunan kata yang tidak digunakan pada tempatnya. Hal  ini disebabkan karena adanya hubungan persamaan, yaitu dengan dihilangkannya persamaan itu dari beberapa hal. Contoh QS: al-Mulk: 22,
`yJsùr& ÓÅ´ôJtƒ $7Å3ãB 4n?tã ÿ¾ÏmÎgô_ur #y÷dr& `¨Br& ÓÅ´ôJtƒ $ƒÈqy 4n?tã :ÞºuŽÅÀ 8LìÉ)tGó¡B ÇËËÈ  
“ Maka Apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?”.
2.    Majaz Mursal
Majaz mursal ini, jika hubungan antara makna yang digunakan dengan makna yang diletakkan pertama kali tidak mempunyai persamaan. Ada beberapa klasifikasi dari mursal, yaitu :
a)    Juz`iyyah
Disebut juz`iyyah karena sesuatu disebut dengan menyebut bagiannya. Contoh QS:al-Muzzammil: 2,
ÉOè% Ÿ@ø©9$# žwÎ) WxÎ=s% ÇËÈ  
“Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”.
b)   Kulliyyah
Disebut demikian karena yang dinyatakan adalah keseluruhannya, sedangkan yang dimaksud hanya sebagian saja. Contoh QS: al-Baqarah: 19,
 ÷rr& 5=ÍhŠ|Áx. z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÏmŠÏù ×M»uKè=àß Óôãuur ×-öt/ur tbqè=yèøgs ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû NÍkÍX#sŒ#uä z`ÏiB È,Ïãºuq¢Á9$# uxtn ÏNöqyJø9$# 4 ª!$#ur 8ÝŠÏtèC tûï̍Ïÿ»s3ø9$$Î/ ÇÊÒÈ  
“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir”.
c)    Sababiyyah
Mursal syababiyyah ini menyebutkan sesuatu sesuai dengan sebutan sebabnya. Contoh QS: al-Baqarah: 194,
4 Ç`yJsù 3ytGôã$# öNä3øn=tæ (#rßtFôã$$sù Ïmøn=tã È@÷VÏJÎ/ $tB 3ytGôã$# öNä3øn=tæ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# yìtB tûüÉ)­FßJø9$# ÇÊÒÍÈ    
“Oleh sebab itu Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.
d)   Musabbabiyyah
Disebut musybbabiyyah karena yang menjadi dasar penyebutan adalah akibatnya[9]. Contoh QS: al-Baqarah : 61,
äí÷Š$$sù $oYs9 š­/u ól̍øƒä $uZs9 $®ÿÊE àMÎ6.^è? ÞÚöF{$# .`ÏB $ygÎ=ø)t/ $ygͬ!$¨VÏ%ur $ygÏBqèùur $pkŝytãur $ygÎ=|Át/ur (
“Oleh sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya".
F.   Ragam Majaz dalam al-Qur’an
Majaz memiliki berbagai macam ragam, yakni sebagai berikut :
1.    Majaz Al-Mufrad
Majaz al-murad adalah majaz yang menggunakan lafadz bukan pada permulaan asal peletakannya. Macam ini disebut juga majaz al-lughawi, dan ia terbagi ke dalam beberapa macam:

a.      Al-hadzfu atau an-naqsu, yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz yang tersembunyi. Contohnya dalam surat Yusuf: 82,

وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا
Artinya: "Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu".

Di dalam ayat ini tersimpan lafadz yang tersembunyi sebelum lafadz  القرية (negri), yaitu    lafadz أهل (penduduk).

b.       Az-Ziyaadah,yaitu majaz yang menitikberatkan pada adanya lafadz atau huruf tambahan. Contohnya dalam surat Asy-Syuuraa: 11,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Artinya: "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia".

Sebagian ulama mengatakan bahwa hurup ك di depan lafadz مثله secara makna muradnya merupakan tambahan.

2.    Majaz at-Takrib
Majaz at-tarkib adalah majaz yang menyandarkan suatu perbuatan atau kesangsian kepada sesuatu yang tidak memiliki originalitas, dikarenakan adanya hubungan keterkaitan antara keduanya. Majaz ini di sebut juga majaz al-aql dan majaz al-isnaad. Contohnya dalam surat Al-Anfaal: 2,
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً

Artinya: "Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)".

Di dalam ayat ini terdapat suatu perbuatan Allah, yaitu الزيادة (penambahan), yang di sandarkan kepada الآيات (ayat-ayat), hal ini karena dengan dibacakannya ayat-ayat tersebut menjadi sebab bertambahnya keimanan mereka.

Majaz ini terbagi ke dalam empat macam, yaitu :

a.    Penyandaran yang kedua sisnya adalah haqiqat (makna asli). Contohnya dalam surat Az-Zalzalah: 2,

وَأَخْرَجَتِ الأَرْضُ أَثْقَالَهَا
Artinya: "Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya".

Penggunaan lafadz أخرج (telah mengeluarkan) dan الأرض (bumi) di dalam ayat ini adalah secara haqiqat.

b.    Penyandaran yang kedua sisnya adalah majaz. Contohnya dalam surat Al-Baqarah: 16,

فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ
Artinya: "Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka".

Penggunaan lafadz ربح (beruntung) dan تجارة (perniagaan) di dalam ayat ini adalah secara majaz.

c.    Penyandaran yang sisi pertamanya haqiqat dan sisi lainya majaz. Contohnya dalam surat Ar-Ruum: 35,

أَمْ أَنْزَلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَاناً

Artinya: "Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan".

Penggunaan lafadz أنزل (telah menurunkan) di dalam ayat ini adalah secara haqiqat, sedangkan penggunaan lafadz سلطان (kekuasaan) adalah secara majaz sehingga ia di maknai برهان (dalil/keterangan).

d.   Penyandaran yang sisi pertamany majaz dan sisi lainya haqiqat. Contohnya dalam surat Al-Ma'aarij[10]: 15-17,

كَلَّا إِنَّهَا لَظَى.  نَزَّاعَةً لِلشَّوَى.  تَدْعُو مَنْ أَدْبَرَ وَتَوَلَّى

Artinya: "Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama)".

Penggunaan lafadz تدعو (memanggil) di dalam ayat ini adalah secara majaz karena di sandarkan kepada lafadz النار (api neraka).

G. Signifikansi Majaz dalam al-Qur’an
1.    Al-iijaz yakni memperingkas suatu kalimat atau ungkapan, seperti kalimat: بنى الأمير المدينةَ (seorang amir telah membangun suatu kota) lebih ringas daripada dengan menyebutkan البنائينَ والمهندسينَ (perumahan-perumhan dan para insinyur) dan sebagainya.

2.    Memperluas lafadz, dimana seandainya suatu lafadz tidak dimajazkan maka setiap makna hanya memiliki satu komposisi.

3.    Menampilkan suatu makna dalam suatu gambaran yang dalam dan dekat kepada akal fikiran.

PENUTUP
Kesimpulan
Haqiqah adalah sebuah kata dalam ayat al-Qur’an yang digunakan seperti makna semulanya yang telah ditentukan, dan memiliki tujuan tertentu. Haqiqah lughowiyyah wadh`iyyah adalah kata yang digunakan sesuai makna hakikinya, sedangkan haqiqah lughowiyyah manqulah adalah makna yang menunjukkan makna asal setelah mengalami transformasi makna, baik secara bahasa, maupun secara syari`at.
Majaz adalah sebuah kalimat di dalam al-Qur’an yang pada ungkapannya tidak sesuai dengan makna asalnya, namun terdapat hubungan dengan maksud kedua dari ungkapan itu. Majaz diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu majaz isti`arah dan majaz mursal. Ragam majaz yaitu, majaz al-mufrad dan majaz at-takrib.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amir Syarifudin. 2008. Ushul Fiqih. Jilit 2. Cet. V. Jakatra: Kencana.
Hafidz Abdurrahman. 2004. Ulumul Qur’an. Bogor.
Miftahul Arufin dan A. Faisal Haq. 1997. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan Hukum Islam. Cet. I. Surabaya: Citra Media.
http://bisritujang.wordpress.com/2012/10/31/288/ , diunduh pada tanggal 27/04/2013.



[1] Amir Syarifudin, 2008, Ushul Fiqih, Jilit 2, Cet. V, Jakatra: Kencana,  h. 345.  
[2] Hafidz Abdurrahman, 2004, Ulumul Qur’an, Bogor, h.125.
[3] Miftahul Arufin dan A. Faisal Haq. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan Hukum Islam, Cet. I, Surabaya: Citra Media, 1997, h. 175
[4] Op.Cit., Hafidz Abdurrahman, hh.125-126.
[5] http://bisritujang.wordpress.com/2012/10/31/288/ , diunduh pada tanggal 27/04/2013.
[6] Op.Cit., Hafidz Abdurrahman, h.126.
[8] Op.Cit., Hafidz Abdurrahman, hh. 127-131.
[9] Ibid., Hafidz Abdurrahman, hh.131-133.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Download Video Youtube Paling Gampang

Hai sobat youtubers ... Kalian dapat menyimpan video yang anda sukai di youtube.com tanpa perlu online setiap hari, dan buffering. Cukup anda download sekali seumur hidup anda...hehehe, Dalam hal ini, saya menawarkan 3 motode pilihan: 1. Menggunakan website id.savefrom.net ( recommended) 2.memakai kode "ss" 3. menggunakan website converter   1. Menggunakan website savefrom.net ( recommended) Open video youtube yg akan di download. klik tombol share / bagikan , pilih salin URL. buka website  SaveFrom . Paste di kolom URL. Enjoy it. 2. Memakai Kode "ss" untuk menggunakan cara ini, terlbih dahulu anda masuk ke laman youtube. kemudian cari video yg anda inginkan dan putar video tersebut. pada saat video berjalan, anda tambahkan huruf "ss" pada adress bar diatas , contoh: http//www.youtube.com/watch/blablblbalballab tambahkan "ss" pada awal kata youtube, sehingga menjadi: http//www.ssyoutube.com/watch/blablblbalballab kemudian anda akan mas

Makalah Amtsal dan Aqsam

BAB I PENDAHULUAN Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat yang dihadapi pada masa itu adalah masyarakat Arab. Ketika mereka menerima pemberitaan ini, tentunya ada yang percaya dan mengimani sepenuh hatinya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada yang mengingkari dan tidak mau mempercayai kebenaran Al-Qur’an. Kesiapan jiwa setiap individu sangat menentukan bagaimana reaksinya terhadap penerimaan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi. Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur’an ditujukan untuk memikat hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu. Di antara uslub yang dipergunakan adalah amtsal dan qasam, untuk memperkuat kebenaran berita yang akan disampaikan kepada manusia. Tidak sedikit peumpamaan dan sumpah yang dipergunakan Allah SWT dalam Al-Qur’an, agar manusia menjadi terbuka hatinya, menerima suatu kebenaran. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mendalami materi Aqsam Al-Qur’an dalam materi pembelajaran ini,

Gaya Bahasa Al Quran

I.P ENDAHULUAN Al-Quran   merupakan firman Tuhan yang memiliki kemukjizatan dalam berbagai aspeknya. Salah satu aspek kemukjizatannya adalah aspek    bahasa. Bahasa Al-Quran diakui oleh para pakar dunia memiliki gaya bahasa yang sangat indah dan menarik untuk dikaji. Di dalamnya terdapat keharmonisan dalam pemilihan kata-kata, baik dari segi jumlah maupun ketepatan maknanya.   Didalam surat Yusuf ayat 2 yang arti nya “ kami turunkan Al-Qur`an dalam bahasa Arab, agar kalian pikirkan”. Al-Qur`an pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa nabi Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Sebenarnya orang-orang Arab hidup pada masa turunnya Al-Qur`an adalah masyarakat yang paling mengetahui keunikan dan keistimewaan Al-Qur`an serta ketidakmampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Dan juga untuk mengokohkan ayat diatas dijelaskan juga dalam Q.S An-Nahl ayat 103: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata,” sesungguhnya Al-Qur`an diajar