Skip to main content

Pendidikan Karakter Menurut Para Filosof



PENDAHULAN
Pendidikan saat ini telah melupakan pentingnya watak, katarkter, atau akhlak mulia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 serta UU no.20 thn 2003 yang menjadi dasar acuan pendidikan nasional. Suatu proses pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan dalam perilaku, sebab terbangunnya sebuah perilaku merupakan cerminan dari keberhasilan pendidikan.
Akibat dari lemahnya perhatian intansi pendidikan terhadap nilai moral, menjadikan peserta didik berprilaku diluar dari yang diharapkan. Sebagai contoh, meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kebiasaan menyontek, tawuran dan sebagainya.
Pendidikan karekter ini berangkat dari kegelisahan yang dirasakan seluruh masyarakat Indonesia terhadap moral generasi penerus bangsa yang rusak. Output dari lembaga-lembaga pendidikan yang semakin parah. Sehingga pemerintah serta seluruh komponen masyarakat memiliki tanggung jawab besar terhadap kondisi ini. Dari sekian banyak opsi yang dinilai mampu untuk memperbaiki keadaan ini, ranah pendidikan adalah posisi yang paling strategis untuk melakukan perubahan dalam pembinaan karakter bangsa.
Pada kesempatan ini penulis akan memaparkan tentang pendidikan karakter, dasar filosofis dari pendidikan karakter serta bagaimana konsep dasar pendidikan karakter tersebut berdasarkan dari rujukan-rujukan yang telah penulis himpun di dalam makalah ini.





PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter tersusun dari dua suku kata yaitu, pendidikan dan karakter. pendidikan berasal dari kata “didik” dengan imbuhan “pe-an” yang mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan kepada anak. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah pendidikan disebut dengan at-tarbiyah, at-ta’dib, dan at-ta’lim[1].
Pendidikan di dalam UU SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencara untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pengertian karakter dikemukakan oleh beberapa tokoh sebagai berikut :
1.    Koesoema A, karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian adalah ciri atau karakteristik, gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan;
2.    Suyanto, karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara;[2]
3.    Scerenko, karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, etis, kompleksitas mental seseorang dengan orang lain;
4.    Helen G. Douglas, karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, perbuatan demi perbuatan.[3]
Karakter selanjutnya disebut dengan Akhlak, akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari kata “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Menurut Mubarok, akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan, dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi.
Menurut Sa’adudin, akhlak mengandung tiga arti, yaitu;
1.     Tabiat, adalah sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan;
2.    Adat, adalah sifat dalam diri yang diupayakan menusia melalui latihan;
3.    Watak, adalah yang tercakup kedalam hal yang menjadi tabiat, dan hal yang diupayakan hingga menjadi adat.[4]
Menurut al-Farabi seorang filsuf Islam, akhlak adalah upaya penumbuh-kembangan akhlak potensial baik yang ada di dalam diri setia manusia dengan jalan membiasakan lahirnya perilaku-perilaku terpuji dan membangun situasi kondisi yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya perilaku yan terpuji di dalam diri seseorang.[5]
Suatu perilaku dapat disebut dengan perilaku akhlak, apabila perilaku atau perbuatan itu lahir secara spontanitas tanpa olahan pikiran. Sebagai contoh, seseorang yang sedang mengendarai sepeda motor dijalanan, kemudian pengendara lain yang berada di sampingnya terjatuh. Lalu secara spontan Ia menghentikan laju kendaraannya lalu menolong pengendara tadi, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Suatu perilaku yang dipandang baik, namun tidak dapat disebut dengan akhlak yaitu, seseorang pejalan kaki hendak menyebrangi jalan raya, melihat seorang nenek yang hendak menyebrang jalan juga. Sebetulnya Ia tidak berkeinginan untuk menolong nenek itu, tetapi karen nenek itu bersama dengan cucunya yang cantik, maka ia menolong nenek tersebut.
Apabila di arahkan pada ranah pendidikan. Seorang guru dapat dikatakan memiliki karakter sebagai guru profesional adalah ketika Ia dalam proses pembelajaran tidak melakukan diskriminatif terhadap kemampuan para siswa. Dalam pemberian penilain, seorang guru memberikan nilai secara objektif, tanpa adanya interfensi dari luar atau tekanan dari pihak atasan.
Dilihat dari beberapa pengetian tersebut, bahwa karakter dan akhlak tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Karakter dan akhlak sama-sama menunjukkan sebuah perbuatan yang lahir secara spontan tanpa olahan pikiran untuk memikirkan untung dan rugi, dengan kata lain bisa disebut dengan kebiasaan.
Pendidikan karakter menurut winton, segala hal positif yang dilakukan oleh guru yang berpengaruh kepada karakter siswanya. Pendidikan karakter sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan mempraktikan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan sesama manusia maupun dengan Tuhan.[6]
Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan guru yang mempu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak pserta didik. Dalam hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.[7]
Pendidikan karakter dalam perspektif islam yang disebut dengan pendidikan akhlak, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh tokoh filosof serta pendidikan seperti Ibnu Miskawih, al-Qabisi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan al-Zarnuji menunjukkan bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku anak didik. Karakter positif ini adalah jelmaan sifat-sifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia.[8]
Dari kedua pandangan difenisi tersebut disimpulkan suatu perbuatan yang merupakan proses bimbingan dan pembentukan yang dilakukan oleh stake holders agar tercapainya insan yang bermoral, serta berakhlak mulia.
Pendidikan karakter kemudian diharapkan menjadi sebuah jalan untuk melakukan tindakan prefentif terhadap rusaknya moral bangsa dengan melaksanakan proses atau langkah-langkah dari pembinaan akhlak atau karakter secara menyeluruh, baik dari murid terlebih dahulu, kemudian keluarga, pendidik, lembaga pendidikan, kurikulum, serta segala sesuatu yang terlibat dalam pendidikan.

B.   Dasar Filosofis Pendidikan Karakter
Pengembangan pendidikan karakter sebagai satu-satunya cara dari jalur pendidikan untuk menciptakan peserta didik yang bermoral, tentu saja dilandasi oleh beberapa nilai-nilai filosofis agar tujuan pendidikan karakter menjadi terarah. Berikut ini adalah dasar folosofi pendidikan karakter dalam pendidikan nasional dan pendidikan Islam

1.    Pendidikan Nasional
Dasar filosofis yang dianut oleh pendidikan nasional yang berkarakter adalah berlandaskan falsafah pancasila. Setiap karakter harus dijiwai oleh kelima sila secara utuh dan komprehensif. Penjelasannya sebagai berikut[9]:

a.    Bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Merupakan bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta berakhlak mulia sebagai karakteristik pribadi. Karakter yang pertama ini mencerminkan saling menghormati, bekerja sama, berkebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama, tidak memaksakan agama dan kepercayaan bagi orang lain serta tidak melecehkan agama seseorang.

b.    Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Diwujudkan dalam perilaku saling menghormati sesama kewarganegaraan Indonesia, tidak memandang suku, etnis budaya, maupun warna kulit. Dalam nilai ini tercermin karakter yang adil dan beradab, menghormati, mengakui kesamaan derajat, hak dan kewajiban, saling mengasihi, tenggang rasa, peduli, berani membela.

c.    Bangsa yang mengedepankan Persatuan Indonesia

Memiliki komitmen dan perilaku yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Tercermin sifat bergotong royong, rela berkorban, bangga sebagai bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan.

d.   Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia

Karakter kerakyatan tercermin dari sikap yang bersahaja, tenggang rasa terhadap rakyat kecil yang menderita, selalu mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dan mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

e.    Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan Sosial.

Karakter kerkeadilan sosial tercermin dalam perbuatan yang menjaga adanya kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan, menjaga harmonisasi antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong orang lain, menjauhi sikap pemerasan, tidak boros, tidak bermewah-mewah, suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain.

2.    Pendidikan Islam

Di dalam pendidikan Islam, setiap aspeknya baik dari pendidik, peserta didik, maupun administrasi harus mengandung nilai akhlak sebagai cara untuk menciptakan karakter. Prinsip dasarnya haruslah mengacu kepada al-Qur’an dan as-Sunnah yang menjadi dasar filosifis pendidikan Islam. Berikut ini adalah beberapa nilai filosofis yang mengandung nilai pendidikan Islam menurut Toto Tasmara[10]:

a.    The man of wisdom, pendidik tidak hanya menguasai dan terampil dalam prosfesinya, tetapi juga sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah kebijakan. (al-baqarah: 268)
b.    High in integrity, baik pendidik maupun peserta didik bersungguh-sungguh untuk meningkatkat kualitas keilmuan. Tidak hanya memikirkan apa yang tampak, tetapi mapu melihat apa di balik yang tampak melalui proses perenungan dan tafakkur. (ali imran: 190)
c.    Willingness to learn, memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan mampu mengambil pelajaran dari setiap pelajaran dan peristiwa  yang dihadapinya. (yusuf: 111)
d.   Proactive stance, bersikap proaktif ingin memberikan kontribisi positif terhadap lingkungannya. Melalui pengalaman dan kemampuan dirinya, mampu mengampu keputusan yang terbaik dan menjauhi perbuatan yang merygikan. (al-maidah: 100)
e.    Faith in God, mencintai Allah SWT dan karenanya, selalu mendapatkan petunjuk dari-Nya. Hidup bagaikan telah dihibahkan kepada Allah sehingga tumbuh rasa optimis untuk menjadikan Allah satu-satunya tempat bersandar dan bertawakal. (ali imran: 30-31, al-baqarah: 138)
f.     Creditable and reputable, selalu berusaha untuk menempatkan dirinya sebagai insan yang dapat dipercaya sehingga tidak pernah mau mengingkari janji atau mengkhianati amanah yang dipikulkan kepada dirinya. (ar-ra’d: 19-22)
g.    Being the best, selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan dan menampilkan unjuk kerja yang terbaik. (ali imran: 110)
h.    Empathy and compassion, menanamkan rasa cinta kepada orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (at-taubah: 128)
i.      Emosional maturity, mereka memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan tidak pernah mengenal kata menyerah serta mampu mengendalikan diri dan tidak pernah terperangkap dalam keputusan yang emosional. (luqman: 17)
j.      Balance, memiliki jiwa yang tenang, sebagaimana dikenal dalam al-Qur’an sebagai nafsul muthmainnah. (al-fajr: 27-30, asy-syu’ara: 89)
k.    Sense of mission, memiliki arah tujuan atau misi yang jelas dalam kehidupannya. (at-taubah: 33, al-fath:28, ash-shaf: 9)
l.      Sense of competition, memiliki sikap untuk bersaing dengan sehat. Karena sadar bahwa setiap umat memiliki kiblat dan martabatnya. (al-baqarah: 148)
Dari kedua nilai filosofis tersebut, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu akhlak terpuji. Namun dalam hal ini, Islam lebih rinci dan kopleks dalam memaparkan nilai pendidikan disertai dengan ayat-ayat yang jelas.

C.  Konsep Pendidikan Karakter
Sebelum menapak pada konsep pendidikan karakter, terlebih dahulu harus mengetahui mengenai fungsi dari pendidikan karakter. pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, pertama fungsi pembentukan dan pengembangan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai falsafah pancasila maupun agama.
Kedua adalah fungsi perbaikan dan penguatan, yaitu memperbaiki dan mempertkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab. Ketiga adalah fungsi penyaring, yaitu mampu memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yang bermartabat.[11]
Konsep pendidikan karakter dalam perspektif Islam, yaitu segala sesuatu upaya yang digunakan untuk mewujudkan sebuah karakter tidak hanya teraplikasi kepada hubungan sesama manusia, tetapi juga harus ada hubungan vertikal dengan Allah SWT.
Pendidikan karakter ini tidak hanya terlihat dari sisi luarnya saja, yaitu seperti menggantikan nama kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru yang berbasis karakter. namun harus secara jelas tampak perbedaan dengan kurikulum non karakter.
Pendidikan karakter tidak lagi menjadi sebuah mata pelajaran khusus yang terpisah dari mata pelajaran lainnya sebagaimana yang pernah diterapkan pada kurikulum yang sebelumnya yaitu, pendidikan budi perti maupun pendidikan moral pancasila. Apabila tetap menjadi sebuah mata pelajaran yang terpisahkan, maka disinyalir tidak akan ada perubahan yang terjadi kecuali hanya jadwal belajar yang lebih lama.
Konsep pendidikan karekter yang dapat memberikan dampak secara jelas, apabila nilai-nilai karakter itu terdapat disetiap mata pelajaran, dengan porsi yang beragam. Pendidikan karakter mewarnai seluruh mata pelajaran, yang disebut dengan hidden curiculum (kirikulum tersembunyi). Sehingga tidak perlu adanya penambahan jam serta mata pelajaran.
Berikut ini adalah nilai-nilai dalam pendidikan karakter persperktif Islam yang harus dimasukkan pada setiap mata pelajaran.
1.        Disiplin
2.        Manajemen pribadi
3.        Rajin belajar
4.        Bersilaturrahim, menyambung komunikasi
5.        Berkomunikasi dengan baik dan menebar salam
6.        Jujur, tidak curang, menepati janji, serta amanah
7.        Berbuat adil, tolong menolong, saling mengasihi, saling menyayangi
8.        Sabar dan optimis
9.        Kasih sayang dan hormat kepada orangtua
10.    Pemaaf, dermawan
11.    Berbuat baik, berakhlak mulia, dsb.[12]
Upaya untuk mensukseskan pendidikan karakter ini tidak bisa dilaksanakan hanya dengan satu pihak saja, yaitu sekolah. Pendidikan karakter ini harus secara sadar dan komprehensif dilakukan disemua lini, baik internal maupun ekternal.
1.    Internal
Yang dimaksud internal disini adalah pihak dari keluarga dan lingkungan masyarakat. Keluarga hendaknya tidak menjadikan anak seperti “melepas unggaskan anak kesekolah” artinya tidak memperhatikan anak secara serius dalam pendidikannya. Keluarga seharusnya mampu memberikan keteladanan yang baik sejak didalam rumah, hingga ia keluar lingkungan.
Masyarakat harus lebih memperhatikan pentingnya akhlak secara berkelompok, mengadakan kegiatan-kegiatan yng mempu menumbuhkan sifat kebersamaan, serta tidak bersifat individual.

2.    Eksternal
Ranah ekternal ini mencakup lebih luas mengenai usaha untuk menciptakan pendidikan berkarakter. Komite sekolah merupakan perpanjangan tangan dari guru dan orangtua disekolah. Seharusnya memberikan kontribusi yang jelas nyata dan tidak bisa diinterfensi oleh pihak manapun, sehingga adanya feed back setelah adalanya pembinaan.
Kemudian, guru adalah sosok yang paling berperan penting untuk menciptakan perubahan, sebab guru adalah yang berinteraksi langsung dengan murid. Oleh karena itu guru haruslah mengetahui nilai-nilai apa yang terkandung dalam setiap pelajaran yang diajarkannya.
Kepala sekolah juga menjadi motor penggerak untuk melaksanakan pendidikan karakter ini, kepala sekolah melakukan supervisi kepada setiap komponen pendidikan dalam lingkup kepemimpinannya. Dan lain sebagainya yang juga memiliki andil dalam hal pendidikan.
Untuk guru dalam melaksanakan pendidikan karakter ini, dengan menggunakan model pembelajaran yang akan menjadi acuan dalam proses pendidikan. Beikut ini ada tiga macam tawaran model pembalajaran, yaitu sebagai berikut[13]:

1.    Model TAZKIROH

Tazkiroh berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna ingat, peringatan. Model tazkiroh ini adalah turunan dari pendidikan Islam yang memiliki makna:
a.    T: Tunjukkan teladan
b.    A: Arahkan (berikan bimbingan)
c.    D: Dorongan (motivasi dan penguatan)
d.   Z: Zakiyah (murni/bersih, menanamkan niat yang tulus)
e.    K: Kontinuitas
f.     I: Ingatkan
g.    R: Repetisi
h.    O: Organisasikan
i.      H: Hati (sentuhlah hatinya)

2.    Model ISTIQOMAH

Untuk mengoptimalkan pembelajaran peserta didik untuk mencapati tujuannya, maka dapat menggunakan model istiqomah ini. Model istiqomah memiliki makna sebagai berikut:
a.    I: Imagination (membangkitkan imajinasi)
b.    S: Student centre (peserta didik pusat aktivitas)
c.    T: Teknologi
d.   I: Intervention (belajar dari masa lalu)
e.    Q: Question and answers
f.     O: Organisasikan
g.    M: Motivasi
h.    A: Aplikasi pengamalan ilmu
i.      H: Hati (spiritual)

3.    Model IQRA,FIKIR, Dzikir

Model pembelajaran ini beradasarkan dari  teori long life education, tuntutlah ilmu dari lahir hingga sampai liang lahat. Model ini memilki makna sebagai berikut:
a.    I: Inquiry (penyelidikan/ menggali)
b.    Q: Question (bertanya)
c.    R: Repeat (mengulang)
d.   A: Action (pengamalan)
e.    F: Fun ( menyenangkan)
f.     I: Ijtihad (inovasi)
g.    K: Konsep (belajar merumuskan konsep)
h.    I: Imajinasi
i.      R: Rapi (kebiasaan baik)
j.      Dzikir adalah terusan dari FIKIR, yaitu doa, ziarah, iman, komitmen, ikrar, serta realitas.
Dari penjelasan ketiga model pendidikan karakter diatas, secara keseluruhan memiliki tujuan serta proses yang hampir sama, tujuannya adalah mewujudakan peserta didik yang berkarakter, proses yang dilakukan terdapat perbedaan dalam pembagiannya.
Peluang yang bisa dicapai pendidikan karakter ini untuk menciptakan generasi penerus yang bermoral, sangatlah tergantung dari keseriusan seluruh komponen yang terlibat dalam hal ini. Pemerintah jangan tanggung-tanggu untuk menerapkan konsep pendidikan karakter ini dengan menguji-cobakan sistem ini hanya kepada sekolah tertentu saja. Karena hal ini hanya bertujuan untuk melihat hasilnya saja, padahal untuk uji coba memrlukan waktu dan proses yang lama, sementara sekolah yang tidak diterapkan pendidikan karkter terus mengalami kerusakan moral.
Apabila konsep ini telah diterapkan secara nasional dengan sistem serta proses yang benar,  maka niscaya akan tewujud pendidikan yang bermoral.
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pendidikan karakter dan pendidikan akhlak adalah satu kesatuan. Keduanya sama-sama menginginkan terwujudnya sebuah perubahan dalam tingkah laku, dan moral pada peserta didik.
Konsep pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah bagaimana peserta didik, pendidik mampu menjadi taladan akhlak mulia, untuk diamalkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan terutama kepada Allah SWT. Pendidikan karakter menjadi pewarna dalam setiap mata pelajaran atau hidden curiculum agar lebih efektif dan efisien.
Upaya pelaksanaan pendidikan karakter ini harus dilakukan secara serius dan komprehensif, melibatkan seluruh komponen yang bertanggung jawab terhadap kemajuan generasi penerus bangsa. Sehingga besar kemungkinan bisa suksesnya pendidikan karakter ini, dan menghasilkan generasi muda Indonesia yang bermoral, dan berakhlak mulia.

B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dari penjelasan materi, penulis merekomendasikan kepada seluruh insan yang peduli dengan pendidikan, agar mengutamakan pentingnya membangun karakter yang baik bagi peserta didik, demi kemajuan kehidupan generasi dimasa yang akan datang.




DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdul Majid, Dian Andayanin. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Amril M. 2007. Akhlak Tashawuf. Pekanbaru: Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau dan LSFK2P.
Mansur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Muchlas Samani. Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramayulis, Syamsul Nizar. 2011.  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan karakter. Jakarta: Kencana.





[1] Ramayulis, Syamsul Nizar, 2011,  Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, hh.83-84.
[2] Mansur Muslich, 2011, Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, h.70.
[3]Muchlas Samani, Hariyanto, 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, hh.41-42.
[4] Abdul Majid, Dian Andayanin, 2012, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, hh. 9-10.
[5] Amril M, 2007, Akhlak Tasawuf, Pekanbaru: Program Pasca Sarjana UIN Suska RIAU dan LSFK2P, h. 6.
[6] Muchlas Samani, Hariyanto, Op.Cit., hh.43-45.
[7] Zubaedi, 2011, Desain Pendidikan karakter. Jakarta: Kencana, h.19.
[8] Abdul Majid, Dian Andayani, Op.Cit., h.10.
[9] Muchlas Samani, Hariyanto, Op.Cit., hh.21-24.
[10] Abdul Majid, Dian Andayani, Op.Cit., hh.32-33.
[11] Zubaedi, Op.Cit., h.18.
[12] Muchlas Samani, Hariyanto, Op.Cit., hh.79-85.
[13] Ibid., hh.116-147.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Download Video Youtube Paling Gampang

Hai sobat youtubers ... Kalian dapat menyimpan video yang anda sukai di youtube.com tanpa perlu online setiap hari, dan buffering. Cukup anda download sekali seumur hidup anda...hehehe, Dalam hal ini, saya menawarkan 3 motode pilihan: 1. Menggunakan website id.savefrom.net ( recommended) 2.memakai kode "ss" 3. menggunakan website converter   1. Menggunakan website savefrom.net ( recommended) Open video youtube yg akan di download. klik tombol share / bagikan , pilih salin URL. buka website  SaveFrom . Paste di kolom URL. Enjoy it. 2. Memakai Kode "ss" untuk menggunakan cara ini, terlbih dahulu anda masuk ke laman youtube. kemudian cari video yg anda inginkan dan putar video tersebut. pada saat video berjalan, anda tambahkan huruf "ss" pada adress bar diatas , contoh: http//www.youtube.com/watch/blablblbalballab tambahkan "ss" pada awal kata youtube, sehingga menjadi: http//www.ssyoutube.com/watch/blablblbalballab kemudian anda akan mas

Makalah Amtsal dan Aqsam

BAB I PENDAHULUAN Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat yang dihadapi pada masa itu adalah masyarakat Arab. Ketika mereka menerima pemberitaan ini, tentunya ada yang percaya dan mengimani sepenuh hatinya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga ada yang mengingkari dan tidak mau mempercayai kebenaran Al-Qur’an. Kesiapan jiwa setiap individu sangat menentukan bagaimana reaksinya terhadap penerimaan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Illahi. Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur’an ditujukan untuk memikat hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu. Di antara uslub yang dipergunakan adalah amtsal dan qasam, untuk memperkuat kebenaran berita yang akan disampaikan kepada manusia. Tidak sedikit peumpamaan dan sumpah yang dipergunakan Allah SWT dalam Al-Qur’an, agar manusia menjadi terbuka hatinya, menerima suatu kebenaran. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk mendalami materi Aqsam Al-Qur’an dalam materi pembelajaran ini,

Gaya Bahasa Al Quran

I.P ENDAHULUAN Al-Quran   merupakan firman Tuhan yang memiliki kemukjizatan dalam berbagai aspeknya. Salah satu aspek kemukjizatannya adalah aspek    bahasa. Bahasa Al-Quran diakui oleh para pakar dunia memiliki gaya bahasa yang sangat indah dan menarik untuk dikaji. Di dalamnya terdapat keharmonisan dalam pemilihan kata-kata, baik dari segi jumlah maupun ketepatan maknanya.   Didalam surat Yusuf ayat 2 yang arti nya “ kami turunkan Al-Qur`an dalam bahasa Arab, agar kalian pikirkan”. Al-Qur`an pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa nabi Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Sebenarnya orang-orang Arab hidup pada masa turunnya Al-Qur`an adalah masyarakat yang paling mengetahui keunikan dan keistimewaan Al-Qur`an serta ketidakmampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Dan juga untuk mengokohkan ayat diatas dijelaskan juga dalam Q.S An-Nahl ayat 103: “Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata,” sesungguhnya Al-Qur`an diajar